Sabtu, 16 April 2011

pengertian penelitian


PENGERTIAN PENELITIAN
Penelitian atau riset adalah terjemahan dari bahasa Inggris research, yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah berasal dari bahasa Perancis recherche.Intinya hakekat penelitian adalah “mencari kembali”.Definisi tentang penelitian yang muncul sekarang ini bermacam-macam, salah satu yang cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima”.
A.  Fungsi penelitian
Terdapat lima fungsi penelitian, yaitu:
1.      Menemukan sesuatu yang baru
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menemukan informasi atau hasil karya baru, namun dalam dunia pengetahuan penemuan yang dilakukan atau diperoleh melalui suatu kegiatan penelitian adalah hasil yang andal dan mendapat pengakuan dari kalangan ilmuwan. dengan melalui penelitian yang baik, hasil temuan dapat diakui oleh para ahli dibidangnya dan akan dapat menghasilkan suatu temun atau pengetahuan yang baru.
2.      Mengembangkan ilmu pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan dapat dilakukan secara berkelanjutan melalui berbagai penelitian. seorang peneliti biasanya dalam melakukan kajian terhadap permasalahan yang relevan dengan mengksplorasi terhadap yang telah dilakuakan para peneliti pada waktu lalu dan kegiatan peneliti saat sekarang untuk kemudian dilakukan pendalaman terhadap permasalahan yang ada. Hasil dari kegitatan tersebut salah satunya ialah dapat dikembangkannya wawasan pengetahuan menjadi semakin luas dan berkembang dengan tanpa Overleapping (tumpang tindih) yang berarti.
3.      Melakukan validasi terhadap teori lama
Hasil penelitian digunakan sebagai konfirmasi atau pembaruan jika terjadi perubahan yang nyata terhadap paradigm teori yang telah lama berlaku. Melalui penelitian, hasil temuan yang memang dapat berlaku secara universal, dapat diangkat menjadi hukum yang mungkin berlaku sepanjang waktu. Dalam bidang pengetahuan sosial dapat memperkuat, mengubah, atau menolak hasil temuan dari paradigma lama, ketika ternyata hasil penelitian yang baru menghasilkan suatu yang memperkuat, membedakan atau bertentangan dengan hasil penelitian lama.
4. Menemukan permasalahan penelitian
Pada dasarnya dimanapun kita berada permasalahan itu selalu ada, namun untuk mengenal dan memilih penelitian permasalahan diperlukan kejelian dan penggunaan kriteria yang baik dari para peneliti. Salah satu sumber penelitian yang signifikan adalah penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti. karena dalam penelitian yang baik biasnya dalam bab kesimpulan implikasi dan saran, disamping memperoleh hasil temuan juga diberikan permasalahan baru yang berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dilaporkan.
5. Menambah khazanah pngayaan ilmiah yang baru
Sebuah penelitian yang baik disamping memenuhi keempat butur yang telah disebutkan sebelumnya mengenai fungsi penelitian, penelitian juga dapat berfungsi sebagai pelengkap khazanah ilmu yang baru, sehingga ilmu pengetahuan senantiasa berkembang kearah penyempurnaan terhadap ilmu pengetahuan yang ada.
B.  Proses Penelitian
1.        Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah
Masalah: Terjadinya kesejangan (gap) antara das sollen (harapan) dan das sein (kenyataan).

1. Identifikasi Masalah
Dapat didapat dari:
a. Bacaan, terutama laporan hasil penelitian
b. Seminar, diskusi, dan pertemuan ilmiah lainnya
c. Pengamatan sepintas
d. Pengalaman pribadi
e. Perasaan intuitif (spontan, seketika)

2.Pemilihan Masalah
Arahan pertimbangan pemilihan masalah:
a. Pertimbangan dari arah masalahnya:
Menggunakan pertimbangan akan sumbangan yang diberikan kepada:
- Pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya.
- Pemecahan masalah-masalah praktis
b. Pertimbangan dari arah calon peneliti
- Biaya yang tersedia
- Waktu yang dapat digunakan
- Alat-alat dan perlengkapan yang tersedia
- Bekal kemampuan teoritis
- Penguasaan metode yang diperlukan

3. Perumusan Masalah

Cara merumuskan masalah penelitian
a. Dirumuskan dengan kalimat tanya
b. Padat dan jelas
c. Memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.
2.       Penelaahan Kepustakaan
Dibedakan menjadi 2 kelompok:
1. Sumber acuan umum (kepustakaan / buku-buku teks, ensiklopedia, monograp, dll)
2. Sumber acuan khusus (jurnal, bulletin penelitian, tesis, disertasi, dll)
Kriteria dalam memilih sumber bacaan:
1. Prinsip kemutakhiran (recency)
2. Prinsip relevansi (relevance)
Penalaran deduktif untuk konsep-konsep umum
Penalaran induktif untuk hasil-hasil penelitian

3.              Penyusunan Hipotesis
Hipotesis: jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih terus diuji secara empiris.
Pengertian hipotesis
- Secara teknis : Pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya masih harus diuji secara empiris.
- Secara statistik : Pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel.
- Secara implisit : Prediksi
Cara merumuskan hipotesis:
1. Menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih
2. Dinyatakan dalam kalimat deklaratif / pernyataan
3. Dirumuskan secara jelas dan padat
4. Dapat diuji
Jenisnya:
1. Hipotesis tentang hubungan / korelasi
2. Hipotesis tentang perbedaan
Hipotesis nol / Ho = Hipotesis yang menyatakan tidak adanya saling hubungan antara 2 variabel / lebih.
Hipotesis alternatif / HA = Adanya hubungan antar variabel.

4.              Identifikasi, Klasifikasi, dan Pemberian Definisi Operasional Variabel-variabel
1. Mengidentifikasikan Variabel
Variabel: Segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa / gejala yang akan diteliti.
Ditentukan oleh landasan teorinya dan ditegaskan oleh hipotesis penelitiannya.
2. Mengklasifikasikan Variabel
Digolongkan menjadi 4 jenis:
a. Variabel nominal: ditetapkan berdasarkan atas proses penggolongan sifat: deskrit dan saling pilah (mutually exclusive) antara kategori satu dengan yang lain.
b. Variabel ordinal: disusun atas jenjang dalam atribut t3.
c. Variabel internal: dihasilkan dari pengukuran, yang didalam pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama.
d. Variabel ratio: variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nol mutlak.

Menurut fungsinya:
Sebab Hubungan Akibat
V. Bebas
V. Moderator V. Intervening V. Tergantung
V. Kendali
V. Rambang

Urutan penentuan variabel:
a. V. tergantung: variabel yang dipengaruhi variabel lain
b. V. bebas atau yang lain
Variabel rambang: variabel yang diabaikan pengaruhnya.
3. Merumuskan definisi operasional variabel-variabel
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi).
• Cara menyusun definisi operasional dikelompokkan menjadi 3 macam:
a. Definisi pola I, yaitu definisi yang disusun berdasarkan atas kegiatan-kegiatan (operations) yang harus dilakukan agar hal yang didefinisikan itu terjadi.
Contoh: Lapar adalah kedalam dalam individu yang timbul setelah dia tidak makan selama 24 jam.
b. Definisi pola II, yaitu definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu beroperasi.
Contoh: orang lapar adalah orang yang mulai menyantap makanannya kurang dari satu menit setelah makanan itu dihidangkan dan menghabiskanya dalam waktu kurang dari 10 menit.
c. Definisi pola III, yaitu definisi yang dibuat berdasarkan atas bagaimana hal yang definisikan itu nampak.
Contoh: Ekstraversi adalah kecenderungan lebih suka ada dalam kelompok daripada seorang diri.

5.              Pemilihan / Pengembangan Alat-alat Pengambilan Data
Syarat alat pengambilan data:
1. Reliabilitas / keterandalan
2. Validitas / kesahihan
3. Keterbakuan

1. Pemilihan alat pengambil data
Disesuaikan dengan data yang diambil (variabelnya)
Kualitas total (reliabilitas dan validitas)
Kemudahan penggunaan (praktis)
Biaya
2. Pengembangan alat pengambil data
Alat yang dikembangkan harus diuji coba terlebih dahulu kualitasnya (reliabilitas dan validitas) terutama dalam pengembangan alat-alat dalam ilmu-ilmu sosial.

6.              Penyusunan Rancangan Penelitian
Disesuaikan dengan variabel-variabel penelitian yang telah didefinisikan serta ole hipotesis yang akan diuji. Pada umumnya rancangan penelitian itu sekaligus juga merupakan rancangan analisis data.

7.               Penentuan Sampel
Sampel harus mencerminkan populasi.
Jenis sampel:
- Sampel rambang (random sampling) : setiap populasi memiliki kesempatan yang sama menjadi sampel.
- Sampel rumpun (cluster sampling) : secara kelompok sampel dipilih.
- Sampel bertingkat (stratified sampling) : sampel rumpun yang telah ditentukan.
- Sampel rambang proporsional (proportional random sampling) :
Sampel representatif: sampel yang paling mencerminkan populasi.
Parameter yang menentukan representatif:
1. Variabilitas populasi
2. Besar sampel
3. Teknik penentuan sampel
4. Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel

8.               Pengumpulan Data
Kualitas data dipengaruhi oleh kualitas alat pengambil data / alat pengukur.
- Kualifikasi si pengambil data
- Ketertiban
- Seluk-beluk pengambilan data primer / sekunder.

9.              Pemecahan dan Analisis Data
1. Data diseleksi atas dasar reliabilitas dan validitasnya
2. Data diubah dalam bentuk tabel, matriks, dll (induk tabel / master tabel)
3. Menganalisis data
Statistik untuk data kuantitatif (konversi 1% dan 5%)
Non statistik untuk data deskriptif / textular karena hanya isinya yang dianalisis disebut analisis is (content analysis).

10.           Interpretasi Hasil Analisis
Hasil penelitian diuji kebenarannya.
Jika hipotesis tidak terbukti dapat dicari kesalahannya melalui.
1. Landasan teori (kadaluwarsa, kurang valid)
2. Sampel (tidak representatif)
3. Alat pengambilan data (tidak reliable dan valid)
4. Rancangan penelitian kurang tepat
5. Perhitungan yang salah
6. Variabel-variabel luaran (Extraneous Variables) terlalu besar

11.           Penyusunan Laporan
A. Bagian awal berisi
1. Halaman judul
2. Halaman pendahuluan
3. Halaman daftar isi
4. Halaman daftar tabel (jika ada)
5. Halaman daftar gambar (jika ada)
6. Halaman daftar lampiran (jika ada)
B. Bagian inti yang berisi
1. Latar belakang masalah
2. Tujuan penelitian
3. Penelaahan kepustakaan, termasuk perumusan hipotesis (jika tidak disajikan tersendiri)
4. Hipotesis (jika belum dicakup pada pasal sebelumnya)
5. Metodologi
6. Hasil
7. Intrepretasi / diskusi, kesimpulan, dan saran
C. Bagian akhir yang berisi
1. Daftar pustaka
2. Lampiran-lampiran (jika ada)

c. tipe-tipe penelitian
1. kualitatif/kuantitatif (grounded/naturalistic)
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berguna untuk memperoleh penemuan-penemuan yang tidak terduga sebelumnya dan membangun kerangka teoritis baru. Penelitian kualitatif biasanya mengejar data verbal yang lebih mewakili fenomena dan bukan angka-angka yang penuh prosentaase dan merata yang kurang mewakili keseluruhan fenomena. Dari penelaitian kualitatif tersebut, data yang diperoleh dari lapangan biasanya tidak terstruktur dan relative banyak, sehingga memungkinkan peneliti untuk menata, mengkritis, dan mengklasifikasikan yanglebih menarik melalui penelitian kualitatif. Istilah penelitian kualitatif, awalnya beraasal dari sebuah pengamatan pengamatan kuantitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif (Suwardi Endraswara, 2006:81).
Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.

2. survey/non survey
Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1998). Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Survey adalah suatu desain yang digunaan untuk penyelidikan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu popilasi. Pada survey tidak ada intervensi, survey mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang,pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku, dan nilai.

Penggalian data dapat melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun data dokumen. Penggalian data melalui kuisioner dapat dilakukan tanya jawab langsung atau melalui telepon, sms, e-mail maupun dengan penyebaran kuisioner melalui surat. Wawancara dapat dilakukan juga melalui telepon, video confeence maupun tatap muka-langsung. Keuntungan dari survey ini adalah dapat memperoleh berbagai informasi serta hasil dapat dipergunkan untuk tujuan lain. Akan tetapi informasi yang didapat sering kali cenderung bersifat superfisial. Oleh karena itu pada penelitian survey akan lebih baik jika dilaksanakan analisa secara bertahap.

Pada umumnya survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data. Survei menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin sample besar, semakin hasilnya mencerminkan populasi. Penelitian survey dapat digunakan untuk maksud penjajakan (eksploratif), menguraikan (deskriptif), penjelasan (eksplanatory) yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa, evaluasi, prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan dating, penelitian operational dan pengembangan indikaor-indikator social.


3.dasar(muri)-terapan
Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-ilmiah (unscientific method). Tapi kalau kita lihat dari definisi diatas, penelitian banyak bersinggungan dengan pemikiran kritis, rasional, logis (nalar), dan analitis, sehingga akhirnya penggunaan metode ilmiah (scientific method) adalah hal yang jamak dan disepakati umum dalam penelitian. Metode ilmiah juga dinilai lebih bisa diukur, dibuktikan dan dipahami dengan indera manusia. Penelitian yang menggunakan metode ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah (scientific research).
Menurut tujuannya, penelitian dapat dikelompokkan menjadi penelitian murni dan terapan. Gay ( 1977 ) menyatakan bahwa sebenarnya sulit untuk membedakan antara penelitian murni ( dasar ) dan terapan secara terpisah, karena keduanya terletak pada satu garis kontinum. Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang bersifat praktis. Penelitian dasar pada umumnya dilakukan pada laboratorium yang kondisinya terkontrol dengan ketat. Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis. Jadi penelitian dasar berkenaan dengan penemuan prinsip-prinsip itu. Contoh penelitian murni: pengaruh pemberian stimulus terhadap respon pada binatang. Hasil penelitian ini kemudian diterapkan pada manusia, misalnya pengaruh pemberian intensif terhadap perilaku kerja.

4.     Pengertian Ex Post Facto
Penelitian dengan rancangan ex post facto sering disebut dengan after the fact. Artinya, penelitian yang dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut juga sebagai restropective study karena penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali terhadap suatu peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Dalam pengertian yang lebih khusus, (Furchan, 383:2002) menguraikan bahwa penelitian ex post facto adalah penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variable bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami. Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang variabel-variabel bebasnya telah terjadi perlakuan atau treatment tidak dilakukan pada saat penelitian berlangsung, sehingga penelitian ini biasanya dipisahkan dengan penelitian eksperimen. Peneliti ingin melacak kembali, jika dimungkinkan, apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya sesuatu.
Perbandingan Antara Ex post Facto dengan Eksperimen
Dalam beberapa hal, penelitian ex post facto dapat dianggap sebagai kebalikan dari penelitian eksperimen. Sebagai pengganti dari pengambilan dua kelompok yang sama kemudian diberi perlakuan yang berbeda. Studi ex post facto dimulai dengan dua kelompok yang berbeda kemudian menetapkan sebab-sebab dari perbedaan tersebut. Studi ex post facto dimulai dengan melukiskan keadaan sekarang, yang dianggap sebagai akibat dari faktor yang terjadi sebelumnya, kemudian mencoba menyelidiki ke belakang guna menetapkan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya. Penelitian ex post facto memiliki persamaan dengan penelitian eksperimen. Logika dasar pendekatan dalam ex post facto sama dengan penelitian eksperimen, yaitu adanya variabel x dan y. Kedua metode penelitian tersebut membandingkan dua kelompok yang sama pada kondisi dan situasi tertentu. Perhatiannya dipusatkan untuk mencari atau menetapkan hubungan yang ada di antara variabel-variabel dalam data penelitian. Dengan demikian, banyak jenis informasi yang diberikan oleh eksperimen dapat juga diperoleh melalui analisis ex post facto.
Dalam penelitian eksperimen, pengaruh variabel luar dikendalikan dengan kondisi eksperimental. Variabel bebas yang dianggap sebagai penyebab dimanipulasi secara langsung untuk meminimalkan pengaruh terhadap variabel terikat. Melalui eksperimen, peneliti dapat memperoleh bukti tentang hubungan kausal atau hubungan fungsional di antara variabel yang jauh lebih menyakinkan daripada yang dapat diperoleh menggunakan studi ex post facto.
Peneliti dalam penelitian ex post facto tidak dapat melakukan manipulasi atau pengacakan terhadap variabel-variabel bebasnya. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam variabel-variabelnya sudah terjadi. Peneliti dihadapkan kepada masalah bagaimana menetapkan sebab dari akibat yang diamati tersebut. Furchan (383:2001) menyatakan bahwa dengan tidak adanya kemungkinan peneliti untuk melakukan manipulasi atau pengacakan. Contoh perbedaan antara penelitian ex post facto dengan eksperimen adalah sebagai berikut. Sebuah penelitian berjudul Pengaruh Kecemasan Siswa pada Waktu Mengerjakan Ujian Terhadap Hasil Ujian Mereka dapat didekati dengan dua metode, yaitu eksperimen dan eks post facto.
1)      Pendekatan Eksperimen
Dalam judul di atas terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam judul di atas adalah kecemasan siswa dan ujian nasional. Variabel terikatnya adalah hasil ujian. Ciri dari penelitian eksperimen adalah adanya manipulasi terhadap variabel bebas. Dari kondisi di atas, variabel bebas dapat dimanipulasi menjadi cemas dan tidak cemas. Konkritnya, sebuah kelas terdiri dari kelas A dan B. Masing-masing kelas dimanipulasi kondisinya menjadi kelas A menjadi kelas yang cemas, sementara kelas B menjadi kelas yang netral (pengendali). Pengkondisian kelas dapat dilakukan dengan memberikan sugesti kepada kelas A bahwa ujian yang diberikan akan berpengaruh terhadap kenaikan kelas. Artinya, siswa yang memiliki nilai yang rendah bisa dimungkinkan tidak naik kelas. Sementara kelas B dikondisikan netral. Dengan pengertian bahwa ujian di kelas B hanyalah untuk mengukur kemampuan pemahaman terhadap suatu kompetensi tanpa adanya pengaruh dari hasil dengan kenaikan kelas. Setelah kelas sudah terkondisikan, maka diberikan soal dengan tingkat kuantitas dan kualitas kesulitan yang sama. Pada waktu yang bersamaan, lembar jawaban dikumpulkan bersama dan dilakukan pengoreksian terhadap hasil jawab dari kelas A dan B. Apabila terjadi perbedaan nilai, semisal, nilai kelas A lebih tinggi daripada kelas B, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kecemasan ternyata mampu meningkatkan nilai ujian. Anggapan lain, bahwa dengan adanya kecemasan membuat siswa semakin berpacu untuk mendapatkan yang terbaik.
2)      Pendekatan Ex post Facto
Hal penting dalam pendekatan ex post facto adalah tidak adanya manipulasi terhadap variabel. Dalam kasus di atas, dapat didekati dengan ex post facto dengan melihat situasi kelas A dan B yang sebelumnya tidak diadakan manipulasi. Artinya, kelas tersebut berjalan secara alami. Misalnya, hasil ujian kelas A dan B menunjukkan perbedaan dari satu siswa ke siswa lainnya. Dari hasil tersebut, dilakukan klasifikasi antara siswa yang memiliki nilai tinggi dengan siswa yang memiliki nilai rendah. Kemudian dihubungkan antara kecemasan dengan hasil nilai. Misalnya ditemukan kesimpulan bahwa nilai di atas rata-rata dikerjakan oleh siswa yang memiliki kecemasan. Oleh karena itu, pengaruh kecemasan siswa memang berpengaruh terhadap hasil ujian, yaitu menjadi lebih baik.
Penelitian dengan menggunakan pendekatan ini tentu saja memiliki kekurangan. Dari kasus di atas dapat terlihat satu celah kelemahan bahwa bisa jadi adanya faktor ketiga selain kecemasan yang membuat nilai ujian meningkat. Hal ini dimungkinkan adanya faktor ketiga, yaitu kecerdasan. Selain kecemasan, bisa dimungkinkan bahwa kecemasan adalah situasi lain, sedangkan kecerdasan menjadi penunjang utama.